Jumat, 12 Desember 2008
AKU LAHIR SEBAGAI PENYAIR
melenyapkan sabar dan doa dari hari-harinya
Maka tunggulah aku di ujung sana
sebuah peradaban yang kukuh
dari pengalaman seribu derita
serta munajat di malam-malamnya
sebuah tempat orang menghibur diri
dan mabuk cinta
kemudian tiada penyesalan setelahnya.
Mungkinkah hanya ada sejumput doa
dan bahagia di dunia
atau adakah hidayah di setiap tempat di dunia
jika saja setiap orang berusaha dapat meraihnya.
Untukmulah aku selalu ada.
O, angin
Suka dan duka datang dan pergi seperti angin.
Rezeki dan nestapa berputar seperti roda.
Cinta yang berduka
Parasnya laksana embun menyambut pagi , dan mengilhami bunga untuk menebarkan keharuman dimusim semi, mengilhami kumbang untuk meresapi tentang keindahan sari .
Dengan segala kecantikan dan pesona hati yang begitu sempurna, semua orang akan menilai ia adalah gadis paling beruntung, hidupnya dipenuhi oleh kesenangan dan kegembiraan.
Namun siapakah yang menyangka bila duka dan derita telah memenjarakan gadis tersebut?....
Siapakah yang bakal mengira bahwa jiwanya telah terangkat lalu terbang dari tubuhnya- untuk mencari keagungan cinta...Tiada seorangpun tahu tentang duka hati yang membaluti jiwanya...tiada seorangpun tahu tentang ratap tangis dan rintihan kalbunya dikeremangan malam...
Dibalik cahaya bintang dan bulan aku melihat jasadmu terkulai laksana merpati yang patah sayapnya, engkau memanggil-manggil pasangan jiwamu, yang juga terkapar dalam sayap kerinduan...
Memang pesona kecantikan yang dia miliki dapat menyembunyikan kesedihan hati akan penyakit cinta, tapi bukanlah obat sesungguhnya dari penyakit itu...Obat itu sesungguhnya ada pada orang yang telah mencuri hatinya... orang yang selalu dikenang ketika siang dan menjelma mimpi dikala malam.
Tiada seorangpun yang dapat mengerti dan memahami kesedihan hatinya begitu pula keluarga dekatnya , belahan jiwanyapun menjalani nasib yang sama , seorang diri ia mengelana ditengah hutan dan lautan perasaan.
Bahkan cinta merasakan penderitaan yang ia rasakan lebih perih dari pasangan jiwanya, Ia (si- belahan jiwa) terbebas dari aturan dan adat istiadat untuk menjaga martabat keluarga.
Tetapi cinta? Bintang itu harus tersenyum pada sekelilingnya agar tidak dicap angkuh, semua yang ia perbuat berjalan beriringan dengan ukuran harga diri, semua yang ia lakukan harus sesuai dengan tuntutan masyarakatnya, demi martabat keluarganya.
Tidaklah mungkin seorang putri raja keluar dari istananya, dimana setiap pasang mata selalu mengawasinya; hasrat hatinya terpendam untuk berjumpa dengan seorang pemuda yang tinggal di sebuah desa terpencil yang telah mencuri hatinya- desa yang belum pernah ia kunjungi sekalipun dalam mimpi...
Itulah tatanan dunia dan akupun memakluminya....
Ia harus terus tersenyum walau hatinya menangis, gemerlap dunia telah memaksanya untuk memakai topeng-topeng kepalsuan.
Kumohon padamu cinta...hentikan airmatamu, lepaskan segala gundahmu....
Aku mendengar rintihan jiwamu, aku mendengar resahmu , kucoba untuk menjawab setiap pertanyaan bathinmu...kemarilah cintaku bersandarlah dibayang bahuku, yakinlah bahwa aku akan ada disetiap bayang...Ulurkanlah sayap patahmu, kan kugapai dan kusembuhkan dengan kepakkan syair jiwaku.
Aku akan mengawalmu dari pencela-pencelamu....Bunga-bunga boleh saja layu, tapi ku kan menjaga agar cahaya bunga itu slalu merekah ditaman hati, lalu menjelma menjadi cahaya bintang yang mengisi kesunyian malam
Duhai cintaku berjanjilah dihadapan langit dan bintang...sekalipun kita takkan bersatu, namun jiwa kita kekal dalam keabadian cinta.
Tersenyumlah bersama mentari, sampaikan salam kerinduanmu padaku-melalui desiran angin dan kicauan burung-burung diangkasa serukanlah segala impian indahmu...
Ketika ku mendengarnya, aku kan rentangkan sayapku, lalu kujemput jiwamu yang memanggil jiwaku, bersama kita berdua dalam rengkuhan sayap-sayap ilahi , menuju cahaya kebadian....
सेनान्दुंग hati
Bagiku engkau adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata....
Engkaulah yang masuk kedalam kalbuku dan membuatku menjadi tawanannya..
Cinta datang laksana air yang menetes dan jatuh diatas bebatuan , hingga batu itu akan terkikis bersama sang waktu ...berserak bagai pecahan bintang...
Ia bagai ilham dari langit yang menerobos dan bersemayam dalam jiwa Mahadewa dan Mahadewi lalu masuk kesanubari tanpa di undang..
Begitulah cinta yang kau bawa kepadaku , Dan kini hatiku telah hancur binasa....karena menahan rindu yang tertahan...
Tapi yakinilah, tali kasih yang telah terukir kuat dalam jiwa, tak bisa dipisahkan oleh rentang waktu dan jarak
Cinta telah memberikan kekuatan untukku dapat bertahan...sekalipun aku tahu engkau telah dipingit,...
Jiwaku menjerit kekasih!...memanggil-manggil namamu ..
Duhai kekasih hati!... mawar yang tak kunjung mekar...engkau telah direnggut dari tanganku...
Kini mimpi-mimpi indah dimalam hari telah berubah menjadi badai yang memporakporandakan jiwa dan perasaanku..
Jiwaku terguncang !...akal sehatku melayang keudara mengembara mencari cinta yang hilang...
Dadaku dipenuhi oleh kesedihan yang menyayat , airmata duka terus menetes dari kelopak jiwa
Aku berkelana untuk mencari pengobat hati, sembari bibirku melantunkan syair kerinduan..
bukan bibirku yang sedang berkata, namun jiwaku yang sedang terluka berbicara pada setiap mata-mata hati..
Disaat kerinduan telah memuncak...dengan seribu sayap, jiwaku terbang menuju pintu -rumah jiwanya..
sesampainya dipintu itu, aku menciumi dindingnya dengan airmata yang membasahi pipi...
Bagiku tanpa bertemu denganmu, maka mencium dinding rumahmu pun sudah cukup bagiku untuk merasakan kebahagiaan..seolah dinding itu adalah tubuhmu kekasih !..kemudian ku lantunkan syair untuk kekasih jiwaku, untuk menenangkan jiwanya , tanpa peduli sang kekasih mendengar atau syair itu tertelan oleh dinding rumah...
Kumulai bersyair :
Tentangmu
Dikeremangan malam ,dibawah temaram cahaya bulan, kulihat engkau
menyapa langit dan bintang
Kau dendangkan lagu-lagu cinta di puri jiwamu, engkau -dan hanya engkaulah “bayangan semu” yang akrab diantara kehampaanku.
Dalam mimpi-mimpi malamku sering kulihat wujud hidupmu dan menyaksikan jemari lentik putihmu menari diatas piano.
Atau kulihat dirimu berdiri disenja samar, menatap langit pucat dan mengubah warnanya dengan mata yang memancarkan indahnya pengetahuan.
Sepasang mata itu telah membangkitkan dan membimbing begitu banyak impian indah dalam diriku.
Aku tak bisa menghitung berapa kali aku putus asa mencari jelmaan lain dari dirimu.
Tiada keindahan yang dapat mewakilkan , kecuali indahnya sajak-sajak termanis yang tercipta itu, yang bisa dibandingkan dengan keindahanmu.
Engkau laksana cahaya bintang yang terus menyinariku berabad-abad lamanya,
Takkala bayangan malam telah datang, dirimu hadir membukakan pintu jiwa- bagi ruhku , sebuah tempat dimana semua keabadian terdiam membisu dan segala kepalsuan -terkuak warna aslinya.
Tahukah engkau tak ada bintang yang muncul atau lenyap tanpa sepengetahuanku, dan kulihat dirimu terbaring dalam selubung mawar,
Kau terbaring dalam luka lama yang belum mengering , tanganmu tak lagi bergerak, kau beku dan pucat
Bagiku saat itu adalah malam gelap tanpa dasar
Jangan pernah menangis lagi “Cinta”-ku....
Tahukah engkau ...saat aku melihat bintang itu- aku melihat diriku ada dalam dirimu,dan dukamu juga cerminan dukaku...
Lihatlah kedalam mataku , kau akan melihat betapa berartinya dirimu.....
Lihatlah hatimu dan lihatlah jiwamu -dan saat kau temukan diriku disana- kau tak perlu mencarinya lagi, sebab aku akan salalu ada dibalik setiap bayang.
Lihatlah kedalam hatiku kan kau temukan tak ada yang kusembunyikan, ambilah jiwaku kan kuberikan segalanya untukmu.
Kamis, 11 Desember 2008
kujalani bimbang sendiri
kautinggal tanpa sisipkannya padaku
tapi kaubongkar lagi ingatanku
Saat-saat itu berhenti sendirinya
senyum, tawa, canda,
kau melenggang tatapmu bebas
sosok rautmu tegar berbinar....
Namun....
Kini nada-nada bunga zaitun mekar
iringan jalan yang berlalu
tak sampai hati aku menarikmu...
kembali ke masa lalu.
Sabtu, 08 November 2008
malam pengantin
Dalam hasrat menyala, yang sudah tersimpan rapi
Sejak cinta kita tumbuh pada awalnya
bagai matahari pagi terbit mendaki bukit demi bukit
Hingga kupasangkan cincin perkawinan
Sebagai tambatan akhir pengembaraanku
Biarkan rindu kita luluh bersama malam
Dalam lembut cahaya bulan dan kerlip kunang-kunang
Lalu perlahan membakar kedua sukma kita
Diatas ranjang peraduan beraroma kenanga
Kemudian terbang menyusuri awan
Hingga kaki langit tempat segala kenangan tentang kita
bersemayam abadi sepanjang musim
Biarkan bintang mendelik cemburu
Pada gelora cinta kita yang membias hingga batas cakrawala
Lalu berpendar indah di seantero angkasa
Dan menepis segala kesangsian
Bahwa Biduk yang kita kayuh berdua
Akan mampu meredakan sejuta badai
sekedar khayal
Kau malaikat tak bsayap,
Kau alasan aku harus bngun esok hari,
Kau pelangi dlm mndung jiwaku.
Kurindui stiap inci wujudmu,ku langkahkan kaki dblakangmu,ku cintai nmun sbts hyalku kr kau bkn milikku.
elegi ruang sunyi
kupeluk,lirih jasadmu dalam sepi
bayang memudar di ujung nadi
merahkah jiwamu,tinggalkan perih biru
pada malam hitam kubertahan
melukis ronamu berpalung rindu
mengertikah kau belahan
lepuh tapakku di bayangmu
kematian hanya suatu jalan
saat cinta menuju keabadian
Kamis, 06 November 2008
kisah malam
di gelap sepi berbunyi
sunyikan hitam hari
mambungkam bulan yang mati
angin menyisir
di jalan bara mengabu sukma
kosongkan tiang-tiang bercahaya
mencekik bintang dalam sinarnya
malam berkisah lagi
sungguh,..
dengan deras dalam hujan penuh keras
malam berbisik lagi
mananti,..
angin pagi penuh embun sang dewi.
menyambut mati
durinya sungguh tajam merajam
tusukan dalam mata tanda kejam
sungaiku tak dalam nan lengang
tak sanggup memadam api nyalang
jariku tak baik melentik
tak lagi memetik duri dipetik
merambat ketangan merentang
membisu bak batu tenggelam
hingga semua badan telanjang
memucat tanpa darah menerjang
hatiku tak mau lagi berdetak
berbaur dari tubuh sekarat
jantungpun semarak menepis
selangkah menyambut mati nan miris
Jumat, 24 Oktober 2008
mimpi sang bayu
Menghempas dedaunan
menyirami rambut-rambut kehidupan
berjalan merampas nyawa
merenggut nafas ang surya
terang sinari kehampaan
menjemput cahaya di lorong kegelapan
mengaliri selokan penuh buih
membawa problema kehidupan
terserap berikan hembusan
menyerap membawa keindahan
menghapus jejak yang temaram
menyingkap tabir kematian
hanya satu mimpi nan suram
menampaka hebatnya selimut alam
berharga bagi cucu sang adam
sumber nyawa yang tak pernah padam.
asaku mati
Terus ku genggam kehendakmu
ku aliri sungai penuh cadas biru
terjebak dibuih kenaasan
terdekap oleh setan kelemahan
ku tak tahu apa,..
ku tak kuat tuk berjuang
ku t'lah lemah tuk berperang
entah obat apa yang kan sembuhkan
tapi ku t'lah sering memintanya pada Tuhan
mungkin,....
ku hanya inginkan pulang
tapi apa,....
yang kan ku perbuat dengan malam
bila ku raih,...
bersamamu wahai kegelapan.
RINDU TANPA HATI
Bilakah rindu badan di hati
menepis runtuh jatuh brpeluh
akankah air mata di pipi
menyingsing resah lelah berpeluh
kurasai detak masa di dada
tertawa,...
kucumbu gerak kaki sang hari
teriakan bahagia.
namun ku detak tak berdetak
ku hari tak berkaki
berpeluh angan dibuai sang mimpi
berair darah di pipi yang mati
bisik cinta lembayung senja
Gemuruh ombaknya,
tepikan buih-buih manis kasih
disudut hitam-putih laut pipih
berarak mega itu dalam raya
mengiring senja hari di ufuk maya
bertasbih cahaya itu disinarnya
kirimkan serpiha cantik untuk tanahnya
makin hangat terangnya
mengalir dilubuk jiwa
dalam lembayung nyata
setiap berujung senja
mengulang lagi,
gelombangnya menyeret kata-kata
meluluhkan polosnya bathin sukma
tiada rasa,..senyumkan muka-muka
bisikannya penuh mesra
hembuskan ayat-ayat kelembutan cinta
kipaskan angin surga di telapaknya
mengibar simbol hati di alam salwa
semua brcakapan dengan halusnya
semua d romansa pesisir angannya
semua di hadapan mentari tepiannya
semua,.......
di dalam senja...
Minggu, 19 Oktober 2008
senandung air mata
jangan kau tanya aku
saat rintih perih berayun basahiku
saat derai luka sirami duka-dukaku
jangan lagi kau tanya aku
menggores rintih nan pedih melirih
menusuk mati dihati sang melati
tak usah kau senyum aku
dalam racun meluruh didadaku
dalam madu habiskan semua jiwaku
kini bagimu,
tanya saja dentingan gerimis pipiku
kau sentuhi genang-genang bekas laraku
senyumlah pada mayat dikuburku
meski itu,
senandungku masih hangat lucuti sayap-sayapmu
lepaskan simpul-simpul kaku mendekap dada risaumu
pejamkan lelap kasih dalam mutiara beningmu
kau masih bertinggal dirumah laguku
kau tetap bermalam dikamar melodiku
akan s'lalu kau dengar nyanyi itu
ketika kau dalam sayup sedihmu
katika kau larut atas sepi basahku
namun kau akan indah dalam tembangku
senandung air mataku